
Pada
saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang
gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang
benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar
biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya
karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke
muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam
dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini
tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut
mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad
setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin terang,
dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi
hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap
zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara
Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui
rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan
mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan
kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia
adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak
kan sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya
api “abadi� di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di
sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah,
yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai
akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh
burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah),
karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi
kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar
biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya
Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang
merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia
hanya untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya� ke dalam
rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang
kelak menjadi manusia besar. Setelah lama
kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam,
walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat
tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat
rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena
tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut
yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk
mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup
mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah
berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa
hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan
berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik –
baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang
ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang
wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang
ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya,
maka jagalah ia baik – baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda
Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain –
17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya,
beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan
dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan
diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang
Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi
menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang
(Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul
Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya
sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi
untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini
beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi
“gembala� domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang
memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang
yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai
menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga
tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah
yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “ Semua Nabi pernah menjadi
gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.� Orang bertanya kepada
Nabi,� Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?� Beliau
menjawab,� Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang
Mekah di daerah Qararit.�
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah
kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang
dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang
tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang
tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih
jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad
terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya,
keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat
sebagai “orang jujur� (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah
dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali
lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah
Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah
tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba
yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke
Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan
Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu
mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah
mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, “Alangkah
baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan
kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita
dapatkan.� Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar
atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi
menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan.
Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan
dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di
bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di
biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya
kepada saya, kemudian ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah
naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak
kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian
Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada
Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan,
“Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan
sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada
Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut:
“Wahai
Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi
penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira
usiamu sudah cukup dewasa!� Apakah anda akan menyambut dengan
senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan,
keanggunan, dan kehormatan ?� Nabi menjawab,�Apa maksud Anda?�
Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata,� Apakah Khodijah siap
untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?� Nafsiah
berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia
setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (‘Amar
bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan
upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian
Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib.
Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini
menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan.
Tentang keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad
bin ‘Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy.
Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi
asal usul dan silsilah adalah permanen".
Waraqah,
paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya, “Tak ada orang
Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang
tali kebangsawanan Anda.� Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang
bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu
lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam
orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib,
dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab,
Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum
Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika
umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir
dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah
selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah mengalami kerusakan. Orang
Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut membongkarnya.
Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan
gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata
Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa
tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut
bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali
ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam
pembangunan kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang
diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram
atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan
ini.� Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal,
tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi di
zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui
tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang
salah dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu
walaupun tahu itu adalah salah.
Mari
kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding ka’bah telah
dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk
pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul
perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa
bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang
mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan
konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis,
akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin
Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya
berkata,�Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui
Pintu Shafa.� (buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui
gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka
berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!�
Untuk
menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan
selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan
tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh
Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah
diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan
tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri
pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan,
Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda
seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari
batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran
yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak
terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah
(penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan
selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya
menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat
Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran
mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati
tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama
mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud.
Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit,
bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak,
dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk
pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia
mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin
sama dengan manusia.
Gunung
Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini
adalah saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat karib�-nya
(Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan
ia ingin berkata,� disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang
selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul,
disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah
aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau
menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat, dan
menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku
sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira,
tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang
membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang
dengannya alam semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya
yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang
manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya,
akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas
kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan
sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus
Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan
kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di
Gunung Hira’. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama
empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, Jibril
datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah
kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya�.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad,
pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia
teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan
Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafa’at. Tidak
satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad,
sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia
yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah
menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat
Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad
pun turun dari Gua Hira menuju rumah “Khodijah�. Jiwa agung Nabi
disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya
dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril
menyapanya,�Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibril�.
Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara
berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita,
Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama
yang memeluk Islam adalah ‘Ali.
Muhammad
mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau
berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan
dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau
berkata,� Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta
kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu
bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada
Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai
kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda
tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut
amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang
lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat).
“Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah membawa
kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda.
Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya
memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah
diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia
akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?�.
Ketika
pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu.
‘Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia
bangkit seraya berkata dengan mantap,� Wahai Nabi Allah, saya siap
mendukung Anda.� Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali
ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali ‘Ali yang terus
melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada
kerabatnya seraya berkata,� Pemuda ini adalah saudara, washi, dan
khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti
dia".
Pemakluman
khilafah (imamah) ‘Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad
memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama lain.
Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga
ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya
menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak
terpisahkan.
Peristiwa
diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena,
dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam
dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian
dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap
musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri.
Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya
yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima
kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah
kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum
Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan
keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan
orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang
cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu
saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara
rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan
berkata,� Wahai Abu Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan
kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita
dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu karena
kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah
kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya
sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia
sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk
merawatnya…�.
Abu
Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,“ Para sesepuh anda
datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka
pun tidak mengganggu Anda.� Nabi menjawab,� Saya tidak
menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran
itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu
mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai
pengikut mereka.� Abu Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap
sepuluh kali untuk mendengarnya.� Nabi menjawab,� Kalian harus
mengakui keesaan Tuhan.� Kata-kata tak terduga dari Nabi ini
laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran,
kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,� Haruskah
kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?�
Orang
Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar
kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka.
Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan
mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,’Ini adalah seorang
ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan
itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
sangat mengherankan.’ Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya
berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu,
sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak
pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini;
ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.�
Banyak
sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari
nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi
Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher
Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa
orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan
masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum
Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim,
kebanyakan pengikutnya budak wanita dan – pria serta beberapa orang
tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini
terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota
suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya
meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia
akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang
ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh
tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.
Pasukan
Syirik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad, maka
mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka
memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan
Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya
perkataan mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah,
tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum
mereka selain mengatakan,’ Ia adalah seorang tukang sihir atau
orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang
dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui
batas.�
Kaum
Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi
usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama
Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang membuat
banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi
dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti
pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS.
Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu selama tiga
tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan
keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari
pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan
Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat
berat dan menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang
menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah
sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah
Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah
akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim
keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal
dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi
mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan
juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya,
maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya
Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam
kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh
kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang
menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya
kepada ayahandanya,� Ayah, kemana Ibu?� Kalau sudah begini,
tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya.
Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya.
Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani
menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa
hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara
Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi
keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya
Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah
kecuali Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan
Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum
Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk
membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai
wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian
Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat
dihancurkan hanya dengan cara seperti ini,
seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang
rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada kejadian itu
dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan
tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan
Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang
anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi,
ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada
Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi
‘Ali. Kepadanya Nabi berkata,�Tidurlah di ranjang saya malam ini
dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan,
karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke
Yastrib. ‘Ali menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga
perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan
mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti
biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu
adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini
tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu.
Mereka begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus
mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara gaduh. Serentak
‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya
lalu berkata dengan sangat tenag,�Apa yang terjadi ?� Mereka
menjawab,�Kami mencari Muhammad. Di mana dia?� ’Ali berkata,�
Apakah anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus
menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada
di rumah.� Muhammad telah pergi jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi,
tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu
Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu
kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian
orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau
menunggu kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya
‘Ali dan rombongannya – diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi,
Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib –
karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di
daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali berkata
“Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan
darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak di wajahnya.
Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius,
mengambil sikap damai dan berbalik pulang.� Ketika ‘Ali tiba di
Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah
dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak
mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu
merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali membengkak, air mata Nabi
menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan
Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia
mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali
didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga
dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya
untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk
menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk
menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari
Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad
yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan
kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi
(‘Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam
sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali mengingatkannya dalam
kata-kata ‘Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek
anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman
anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah)
masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan
‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap
peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang
Khandaq (parit) – disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin
‘Abdiwad itu,� Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan
baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir
terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib
dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur
dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar,
orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya
Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan
‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa
yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas pernyataan
‘Umar ini.
Kebisuan
orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata
Nabi,� Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan kepada beliau bahwa ‘Ali
menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi
bersabda,� Panggil dia.� ‘Ali diangkut dengan unta dan
diturunkan di depan kemah Nabi.� Pernyataan ini menunjukkan sakit
matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan
tangannya ke mata ‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali langsung
sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi
memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu
terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip
kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui jalur
khusus,� Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai
perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada
parit yang digali kaum Yahudi.� Seseorang bertanya kepadanya,�
Apakah Anda merasakan beratnya?� ‘Ali menjawab,� Saya
merasakannya sama berat dengan perisai saya.� Masih banyak lagi
peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan
kaum kafir Quraisy, banyak juga peristiwa yang menggembirakan,
misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi,
perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah. Selain
serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam
kota selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam
yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan Drama
yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun
kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang
Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum.
Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan
kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap
bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan
bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi
memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk
membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan
musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.
Di
dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung
Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi
mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari
empat penjuru.
Makkah...
Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak
lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk
suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang
menunggu kedatangan sahabatnya
Gua
itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam
keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan
dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi
memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama
al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang
berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka,
apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia
untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah
memeranginya pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda
semua adalah orang-orang yang dibebaskan!�
Kini,
di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali,
berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan berbagai peristiwa
dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang. Selama dua
puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah
merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah.
Orang –orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk
memberikan Ba’iat.
Setelah
penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut –
semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah
perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir musuh,
al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari
Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada
kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang
kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil
sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana
kalian ?� Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-Ridwan! Wahai,
orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai
orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang
gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga
saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil
mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah
kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut
panggilannya dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!�
Pasukan
Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad
dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini – tidak
bisa – tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya,
mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya
selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya
kembali.
VII. Haji Wada
Tahun
kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada
seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula,
lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus
inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji
meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua
isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan
Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi
gema suara mereka yang mengucapkan,�Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku
datang memenuhi panggilan-Mu...� Langit, hingga hari itu, belum
pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat
itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan – dibawah
sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya
tak pernah dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan ini
merupakan lukisan paling indah dari satu warna
yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang
terbelenggu dalam pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia
adalah tukang cerita yang membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra
dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun
demikian pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah
memang mendengar bahwa “penguasa� itu berada di tengah-tengah
pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya.
Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah,
Ibrahim, Ka’bah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada
Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari
tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh
cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di
depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang
mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,�Tahukah
kalian, bulan apa ini ?�
Mereka serentak menjawab,�Bulan Haram!� .....
...�Ayyuhan Nas, camkan
baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi
akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk
selama-lamanya... Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu
adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana
diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan
menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah
sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat,
hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak
menerimanya.....�
Akar-akar
syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota
suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh
penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya,
tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama
dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
Muhammad
telah melaksanakan tugasnya, dan sekarang beliau berada di
pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada putrinya dengan
suara pelan “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia wafat
atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke
belakang, maka tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah
sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukurâ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar